Di
Indonesia, mungkin kalau ikan Belida banyak yang tahu, tapi kalau suku Belida,
rasanya tidak banyak yang tahu, bahkan oleh penduduk di provinsi Sumatra
Selatan sendiri, banyak yang tidak tahu tentang keberadaan suku Belida ini.
Suku Belida telah lama menetap di sepanjang sungai Belida yang di sungai ini
juga ditemukan populasi ikan Belida. Sejenis ikan yang dagingnya diolah untuk
makanan khas sejenis krupuk yaitu Kemplang.
Asal usul suku Belida sendiri, tidak diketahui secara pasti, hanya dari penuturan masyarakat setempat, yang mengatakan bahwa suku Belida telah menetap berabad-abad di wilayah dekat sungai Belida ini. Merekalah penghuni pertama wilayah ini, sebelum kedatangan suku-suku Melayu ke wilayah ini.
Suku Belida dalam kesehariannya berbicara menggunakan bahasa Belide, yang mirip seperti bahasa Melayu Pesisir. Karena beberapa kata yang ditemukan mirip dengan bahasa Melayu. Secara bahasa, suku Belida ini dikelompokkan ke dalam rumpun bangsa Melayu.
Bahasa Belida memiliki logat yang berbeda dengan bahasa-bahasa lain di sekitar wilayah pemukiman mereka. Pada saat ini bahasa Asli Belida, sepertinya mengalami pergeseran, karena para penutur bahasa Belida diperkirakan hanya tinggal diucapkan oleh para orang Belida dewasa dan orang Belida lanjut usia. Para generasi mudanya lebih suka berbicara dalam bahasa Melayu, seperti bahasa Melayu Palembang. Bahasa Belida saat ini, banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu Palembang. Jadi para pemakai bahasa Belida yang Asli di wilayah Belida sendiri sudah sangat jarang, karena dominasi bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa pengantar di wilayah tersebut. Suatu cara untuk membedakan orang Belida dengan orang Palembang sangat mudah, karena orang Belida kalau berbicara sangat kentara logatnya berbeda dengan logat orang Palembang.
contoh bahasa Belida saat ini (sudah terpengaruh bahasa Melayu Palembang)
Asal usul suku Belida sendiri, tidak diketahui secara pasti, hanya dari penuturan masyarakat setempat, yang mengatakan bahwa suku Belida telah menetap berabad-abad di wilayah dekat sungai Belida ini. Merekalah penghuni pertama wilayah ini, sebelum kedatangan suku-suku Melayu ke wilayah ini.
Suku Belida dalam kesehariannya berbicara menggunakan bahasa Belide, yang mirip seperti bahasa Melayu Pesisir. Karena beberapa kata yang ditemukan mirip dengan bahasa Melayu. Secara bahasa, suku Belida ini dikelompokkan ke dalam rumpun bangsa Melayu.
Bahasa Belida memiliki logat yang berbeda dengan bahasa-bahasa lain di sekitar wilayah pemukiman mereka. Pada saat ini bahasa Asli Belida, sepertinya mengalami pergeseran, karena para penutur bahasa Belida diperkirakan hanya tinggal diucapkan oleh para orang Belida dewasa dan orang Belida lanjut usia. Para generasi mudanya lebih suka berbicara dalam bahasa Melayu, seperti bahasa Melayu Palembang. Bahasa Belida saat ini, banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu Palembang. Jadi para pemakai bahasa Belida yang Asli di wilayah Belida sendiri sudah sangat jarang, karena dominasi bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa pengantar di wilayah tersebut. Suatu cara untuk membedakan orang Belida dengan orang Palembang sangat mudah, karena orang Belida kalau berbicara sangat kentara logatnya berbeda dengan logat orang Palembang.
contoh bahasa Belida saat ini (sudah terpengaruh bahasa Melayu Palembang)
- deri mana = dari mana
- nak kamana mingkak ni = mau kemana kalian ini
- segela = semua, segala
Daerah Belida juga terkenal dengan aneka makanan khasnya, salah satunya adalah Pekasam atau Pede. Ikan fermentasi, yang disimpan dalam suatu wadah dan difermentasikan dalam waktu tertentu (sekitar 5 - 10 hari).
Suku Belida
mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Tradisi budaya dan adat-istiadat suku
Belida, banyak dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Islam, salah satunya adalah
acara sedekah adat atau sedekah apem. Setiap keluarga
diminta partisipasinya untuk membuat apem kuah, kemudian seluruh apem
kuah yang telah dibuat oleh seluruh warga desa akan dikumpulkan di balai desa,
dilanjutkan dengan acara baca doa bersama sebagai tanda syukur kepada Tuhan.
Setelah acara doa bersama, maka apem kuah tadi dibagikan kepada seluruh warga
desa untuk disantap bersama-sama.
Ada juga sedekah
ketupat. Acara sedekah ini diminta partisipasi setiap keluarga untuk
membuat ketupat yang terbuat dari daun rumbai/daun pandan dengan beberapa
bentuk yang beragam. Setelah itu ketupat dikumpulkan di balai desa serta
diadakan acara doa bersama sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, lalu ketupat
tersebut dimakan bersama-sama seluruh warga desa. Setelah acara, kulit-kulit
bekas ketupat akan digantungkan di setiap pintu rumah warga desa.
Mata
pencaharian masyarakat suku Belida pada umumnya adalah sebagai petani, terutama
pada tanaman karet. Wilayah di sekitar pemukiman masyarakat Belida banyak
ditanami pohon karet. Karet menjadi komoditas mata pencaharian masyarakat
Belida. Sedangkan di wilayah dataran rendah di sekitar hilir sungai Lematang
dan muara Belide, di sana masyarakat suku Belida juga bertani berbagai jenis
tanaman seperti sayur-sayuran serta memelihara ikan ikan di daerah rawa.
sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- skyscrapercity.com
- karsela.blogspot.com
- gambar-foto: skyscrapercity.com
- wikipedia
- dan sumber lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar